Beranda | Artikel
Revolusi Bukan Solusi
Senin, 16 Maret 2015

Revolution-fists

 

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Imam Abu Ja’far Ath-Thahawi berkata : Kami -ahlus sunnah- tidak memandang bolehnya memberontak kepada para pemimpin dan penguasa/pemerintah yang mengatur urusan-urusan kami. Meskipun mereka bertindak aniaya. Kami tidak mendoakan keburukan terhadap mereka. Kami tidak melepaskan diri dari ketaatan kepada mereka. Kami memandang bahwa ketaatan kepada mereka adalah bagian dari ketaatan kepada Allah ‘azza wa jalla yang wajib hukumnya. Selama mereka tidak memerintahkan untuk bermaksiat. Kami mendoakan agar mereka selalu diberikan kebaikan dan keselamatan. (lihat Syarh Ath-Thahawiyah, hal. 379)

Mengapa kita harus patuh kepada penguasa muslim walaupun mereka bertindak aniaya dan merampas hak-hak rakyatnya? Mungkin inilah pertanyaan yang sering terlontar diantara kita.

Imam Ibnu Abil ‘Izz Al-Hanafi menjelaskan : Adapun kewajiban untuk tetap taat kepada mereka walaupun mereka bertindak aniaya, hal itu disebabkan resiko yang harus diambil akibat memberontak kepada mereka adalah terjadinya berbagai kerusakan/kekacauan yang jauh lebih besar daripada kezaliman yang mereka perbuat sebelumnya. Akan tetapi justru dengan bersabar menghadapi kezaliman mereka menjadi sebab terampuninya dosa-dosa dan dilipatgandakannya pahala. Karena sesungguhnya Allah tidaklah menjadikan mereka menindas diri-diri kita kecuali disebabkan rusaknya amal-amal kita. Balasan itu diberikan sejenis dengan amal yang dikerjakan. Oleh sebab itu, wajib atas kita untuk bersungguh-sungguh dalam beristighfar/memohon ampunan kepada Allah, berdoa, dan memperbaiki amalan. (lihat Syarh Ath-Thahawiyah, hal. 381)

Oleh sebab itu Imam Ibnu Abil ‘Izz berpesan setelah membawakan ayat Allah (yang artinya), “Demikianlah akan Kami jadikan berkuasa sebagian orang yang zalim itu kepada sebagian yang lain disebabkan apa-apa yang mereka kerjakan.” (Al-An’am : 129). Beliau berkata : Maka apabila rakyat menghendaki untuk terbebas dari kezaliman penguasa/pemerintah yang zalim hendaklah mereka meninggalkan kezaliman. (lihat Syarh Ath-Thahawiyah, hal. 381)

Syaikh Al-Albani mengomentari nasihat Imam Ibnu Abil ‘Izz di atas. Beliau mengatakan : Di dalam keterangan ini terkandung penjelasan bahwa jalan keluar/solusi dari kezaliman para penguasa -yang mereka itu berasal dari bangsa kita sendiri dan berbicara dengan bahasa kita- (sebagaimana yang dimaksud dalam suatu hadits, pent) adalah dengan cara kaum muslimin bertaubat kepada Rabb mereka, meluruskan akidah mereka, mendidik diri mereka dan keluarga mereka di atas ajaran Islam yang benar sebagai perwujudan dari firman Allah ta’ala (yang artinya), “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib/keadaan suatu kaum sehingga mereka yang mengubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri.” (Ar-Ra’d : 11). Itulah yang diisyaratkan oleh salah seorang da’i masa kini dengan ucapannya, “Tegakkanlah daulah islam di dalam hati kalian, niscaya ia akan tegak di bumi kalian.” (lihat Masa’il ‘Ilmiyah FI Da’wah wa Siyasah Syar’iyah, hal. 21)

Syaikh Al-Albani melanjutkan keterangannya : Sehingga bukanlah jalan keluar bagi masalah ini sebagaimana yang disangka oleh sebagian orang -yaitu melakukan revolusi bersenjata melawan penguasa melalui aksi kudeta militer- sesungguhnya cara semacam itu selain termasuk bid’ah kontemporer maka perbuatan ini juga menyelisihi maksud dalil-dalil syari’at yang memerintahkan untuk mengubah apa-apa yang ada pada diri kita (lihat juga Ar-Riyadh An-Nadiyah, hal. 136)


Artikel asli: https://www.al-mubarok.com/revolusi-bukan-solusi/